Rabu, 03 April 2013

Psikologi Humanistik

TUGAS MATA KULIAH PSIKOLOGI HUMANISTIK
 “Kecenderungan Aktualisasi Diri dan Gagasan
Fully Functioning Person”


Logo_Unair.jpg

Disusun Oleh:
Banindra Bangkit P                  110911055
Alfian Rizaldi                          110911114
Kardinal Leksono                    110911193
Leonardus Dewa Hardana       111011128
Athoullah Mondir                    111011218


                       


FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2013

KONSEP AKTUALISASI DIRI MASLOW
Untuk memahami konsep aktualisiasi diri, maka sebaiknya kita memahami konsep aktualisasi diri yang digagas oleh Abraham Maslow. Abraham Maslow adalah salah satu tokoh yang berbicara tentang aktualisasi diri. Maslow mendasarkan konsepnya pada hierarki kebutuhan yang terdiri dari :
a.       Physiological needs,
            Kebutuhan fisiologis terdiri dari air, makanan, oksigen, kesehatan, dan hal-hal mendasar yang lain. Kebutuhan ini mempuyai 2 sifat, yaitu kebutuhan ini dapat benar-benar dipenuhi atau bahkan dapat dipenuhi secara berlebihan. Yang kedua, sifatnya yang berulang. Setelah kita makan, kita akan merasa lapar kembali. Begitu juga dengan kebutuhan akan oksigen atau kesehatan.
b.      Safety needs
            Kebutuhan akan rasa aman terdiri dari rasa aman baik secara fisik maupun finansial, stabilitas, kebebasan dari ancaman
c.       Love and belongingness needs,
            yang terdiri dari cinta, belongingness to a group atau menjadi anggota suatu kelompok sosial, afeksi, dan penerimaan diri
d.      Esteem needs
            Kebutuhan akan pencapaian berupa respect atau penghormatan dari orang lain, recognition atau dikenal oleh orang lain, dan honour
e.       Self actualization needs,
            Karena konsep kebutuhan ini bersifat hierarki, artinya ada tingkatan terkecil yang harus dipuaskan untuk bisa naik ke kebutuhan yang lebih tinggi, maka kebutuhan teratas menurut Maslow adalah kebutuhan untuk meng-aktualisasikan diri. Aktualisasi diri berupa kreativitas, kebijaksanaan, self fulfilment/pemenuhan dan pendaya gunaan diri realisasi dari keseluruhan potensial orang tersebut

            Pada orang yang telah mencapai aktualisasi diri, ia akan menjadi manusia yang seutuhnya, self esteem mereka akan tetap terjaga walaupun mereka dicemooh, atau bahkan ditolak oleh orang lain. Dengan kata lain, mereka tidak tergantung pada persetujuan orang lain.
Karakteristik orang yang mengalami aktualisasi diri menurut Maslow adalah sebagai berikut :
a.       Persepsi yang efektif terhadap realitas
            Orang yang mengalami aktualisasi diri dapat mendeteksi kepalsuan pada orang lain tetapi juga tidak melakukan prasangka dan lebih suka melihat dunia sebagaimana adanya. Mereka juga memiliki rasa takut yang lebih sedikit terhadap hal baru sehingga lebih mudah merasa nyaman terhadap segala sesuatu. Hal ini mebuat mereka terbuka pada hal-hal yang meragukan dan  tidak pasti.
b.      Penerimaan terhadap diri, orang lain, dan dunia
            Orang yang mengalami aktualisasi diri dapat menerima dirinya sebagaimana adanya. Mereka tidak akan selalu bersikap membela diri, palsu, dan merasa bersalah. Tetapi mereka juga menerima orang lain dan tidak memiliki kebutuhan untuk mengarahkan, member informasi, atau mengubah orang lain. Mereka dapat menoleransi kelemahan orang lain dan tidak merasa terancam dengan kelebihan orang lain.
c.       Spontanitas, sederhana, dan apa adanya
            Orang yang mengalami aktualisasi diri adalah orang yang bersahaja dan tidak takut untuk mengekspresikan perasaannya.
d.      Melihat inti pemecahan masalah
Orang yang mengalami aktualisasi diri berminat pada masalah yang berada di luar dirinya. Mereka berorientasi pada tugas dan memperhatikan masalah-masalah di luar dirinya. Hal ini mengakibatkan mereka mengembangkan misi dalam hidupnya, sebuah tujuan dalam kehidupan di luar dirinya. Mereka juga mengembangkan falsafah hidup yang solid dan dasar etis yang kuat untuk mengatasi masalah.
e.       Kebutuhan untuk privacy
Orang yang mangalami aktualisasi diri memiliki kebutuhan untuk detachment yang membuat mereka dapat melakukan segala sesuatunya sendiri tanpa merasa kesepian. Mereka merasa relaks dan nyaman baik mereka bersama dengan orang lain maupun sendiri.
f.       Otonomi
Orang yang mengalami aktualisasi diri membentuk otonomi dan tidak tergantung pada orang lain untuk pertumbuhan mereka.
g.      Continued freshness of appreciation     
            Orang yang mengalami aktualisasi diri terus memiliki kesegaran untuk berkarya dan mengapresiasi karya orang lain. Mereka menyadari keberuntungan mereka dan bersyukur atas hal tersebut
h.      Mengalami peak experience
            Puncak pengalaman menurut Maslow (1971) diibaratkan bagaikan sebuah waktu disaat kita merasakan kebahagiaan tertinggi. Sementara Leach (1962) mendefinisikan puncak pengalaman adalah dimana suatu keadaan berharga yang dikarakteristikan dengan persepsi yang berbeda dari persepsi biasanya, perasaan yang mendalam, perasaan yang signifikan karena saat itu adalah saat yang menonjol, saat yang terpatri dalam ingatan, kurang lebihnya saat dimana hal tersebut sangatlah berbeda dengan pengalaman-pengalaman yang lainnya.  aSedangkan Laski (1962), beliau menyebut puncak pengalaman sebagai istilah transcendent ecstasy yang dijelaskan sebagai sesuatu yang menyenangkan, sesuatu yang terjadi untuk sementara waktu, sesuatu yang tidak direncanakan, bersifat jarang, sangat berharga, dan sesuatu yang luar biasa. Hal ini menyebabkan mereka memiliki perasaan transcendence.
i.        Gemeinschaftsgefuhl
            Istilah ini dapat diartikan sebagai minat sosial, community feeling, atau perasaan menyatu dengan kemanusiaan. Orang yang mengalami aktualisasi diri akan peduli pada orang lain
j.        Kekerabatan dengan Orang Lain
            Orang-orang yang telah mencapai tahapan aktualisasi diri memiliki hubungan yang baik dengan orang-orang sekitar dan lingkungan sosialnya.
k.      Struktur karakter yang Demokratis
            Mereka mau berteman dengan siapa saja tanpa memandang status, warna kulit, usia, gender, dan bahkan mereka seperti tidak peduli adanya perbedaan di antara orang-orang
l.        Diskriminasi antara sarana dan tujuan
            Memiliki batas yang jelas antara benar dan salah dan tidak memiliki konflik akan nilai dasar. Mereka memastikan pandangannya pada tujuan daripada cara atau sarana yang digunakan dan memiliki kemampuan yang luar biasa untuk membedakan antara keduanya. Bila orang lain melihat makan atau olahraga seebagai sarana, maka orang yang mengalami aktualisasi diri melihatnya sebagai tujuan. Mereka senang melakukan sesuatu karena menyukainya, dan tidak menjadikannya sebagai sarana.
m.    Humoris  
            Mereka memiliki selera humor yang tidak kasar dan menyerang orang lain
n.      Kreatif
o.      Resistansi terhadap enkulturasi
            Orang-orang ini memiliki kecenderungan mencintai budaya (nilai, norma, moral, seni, agama, dan produk budaya lain) sendiri. Maka mereka resisten atau memiliki daya tahan yang kuat untuk menyerap kebudayaan lain mentah-mentah.

KONSEP AKTULISASI DIRI CARL ROGERS
            Self meliputi seluruh aspek dari diri dan pengalaman seseorang yang muncul dalam kesadaran seseorang. Menurut Rogers (dalam Feist dan Feist, 2006), bayi mulai mengembangkan konsep dirinya ketika ada pengalaman yang menjadi bagian dari dirinya dan terdiferensiasi dalam kesadaran sebagai “saya”. Ketika bayi telah membangun struktur self walaupun belum sempurna, maka kecenderungan untuk mengaktualisasikan dirinya mulai muncul. Kecenderungan aktualisasi mengarah pada pengalaman organismic individu; yaitu merujuk pada keseluruhan orang tersebut baik yang disadari maupun tidak disadari, fisiologis maupun kognitif. Dengan demikian, self itu berubah secara dinamis, dan mencerminkan kecenderungan aktualisasi.
Cara untuk membentuk seseorang antara lain dengan menciptkana keterbukaan sehingga seseorang dapat mengekspresikan perasaannya secara terbuka tanpa merasa terancam. Hal ini mencakup unconditional positive regard, yaitu sikap hangat, positif, dan menerima sikap orang lain tanpa evaluasi dan tendensi apapun. Yang kedua adalah congruence, yaitu Genuine yaitu secara terbuka merasakan dan membuat perasaannya mengalir. Seorang yang congruence akan bersikap sesuai dengan pikiran dan perasannya. Menurut Rogers, cara yang ketiga adalah dengan empati. Konsep empati ini berarti sementara hidup dalam pandangan orang lain tanpa membuat judgements.
Perkembangan yang ideal adalah menjadi fully functioning person. Orang yang telah mencapai tahap ini akan memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a.                   Lebih dapat beradaptasi
b.                  Keterbukaan pada pengalaman
c.                   Trust in their organismic self
d.                  Live fully in the momment
e.                   Memliki hubungan tang harmonis dengan orang lain
f.                   Terintegrasi
g.                  Percaya pada sifat alamiah manusia
h.                  Terbuka pada pengalaman baru

Pengertian Aktualisasi Diri : Puncak Performansi & Puncak Pengalaman
            Puncak Performansi adalah suatu keadaan dimana antara pikiran dan pergerakan anggota tubuh berjalan bersama . Saat puncak performansi terjadi, kita mengeluarkan kekuatan yang tersembunyi, baik berupa kekuatan fisik, ekspresi dalam wajah, suatu bentuk moral, atau keunggulan dalam hal apapun.  sementara puncak pengalaman adalah suatu keadaan di saat terjadinya kebahagiaan dan kegembiraan yang paling puncak , dimana tentunya puncak pengalaman ini bersifat subjektif. Puncak pengalaman adalah sesuatu yang sangat membahagiakan seperti perasaan suka cita yang menonjolkan kognitif dan persepsi dalam pengalaman tersebut. Sementara karakteristik kepribadian yang juga teridentifikasi dalam orang yang termasuk aktualisasi diri adalah keunggulan (excellent) dan kebahagiaan (joy). Antara puncak performansi dan puncak pengalaman, keduanya bersifat lebih focus pada pengalaman daripada perilaku, sesuatu hal yang bersifat positif daripada patologis, bersifat integrative daripada reduktif, dan bersifat sesuatu yang istimewah (idiosyncratic) daripada sesuatu yang normatif. Rogers (1961), May (1953), dan Maslow (1962) mengatakan bahwa pengalaman, segala sesuatu yang positif dalam kaakteristik seorang individu, keseluruhan individu, bahkan keunikan seorang individu tidak dapat diabaikan. Ketiga pendekatan utama dalam aspek seorang individu berfokus pada kepribadian, perilaku, dan pengalaman. Contoh dari aspek kepribadian adalah keontetikan pribadi seorang individu sebagaimana yang disebutkan Maslow dan Bugental (1965). Self-disclosure merupakan salah satu contoh dari hal yang dibahas dari aspek perilaku. Aktualisasi diri merupakan bentuk dari kepribadian yang sehat, sementara puncak performansi dan puncak pengalaman merupakan bentuk dari pengalaman yang positif.
Puncak Performansi
            Puncak performansi dapat terjadi dalam bentuk usaha keras apapun. Puncak performansi merupakan sesuatu fungsional yang bersifat lebih kreatif, lebih efisien, lebih produktif, lebih baik dan lebih baik daripada perilaku kebiasaan kita. Hal yang kita rasakan saat kita mengalami puncak performansi adalah perasaan kekuatan yang luar biasa. Berdasarkan penelitian, hal ini pertama kali ditandai oleh tujuan yang jelas (Bugental). Sebagai contoh, seorang dosen menikmati pengajaran yang diberikan kepada mahasiswanya seolah-olah tidak ada yang lebih menyenangkan daripada mengajar, seorang musisi yang sangat semangat dan menghayati karya musiknya, dan contoh lainnya. Pada intinya, puncak performansi seringkali terjadi apabila kita mempunyai suatu tujuan yang jelas. Dimana suatu tujuan itu tidak mempunyai halangan apapun, yang bersifat jelas, fenomenologis dan holistik. Memang setiap individu mempunyai tugas ataupun kepentingan yang berbeda-beda, tetapi disini mereka mempunyai fokus perhatian yang sama. Dalam puncak performansi ini, seorang individu bercirikan dengan kemauan yang kuat, orientasi dengan kualitas hasil pekerjaan, dan tujuan jelas yang hendak dicapai. Tiap individu tersebut tidak tenggelam dalam objek mereka sendiri, tetapi disini mereka lebih bericirikan dengan kemandirian dan keunikan kepribadian mereka.  Performansi puncak ini seringkali dijabarkan sebagai sesuatu yang spontanius dan sering dianggap sebagai segala sesuatu yang berjalan secara natural, sebagai contohnya adalah proses ini diibaratkan sebagai aliran a yang mengalir.
Puncak Pengalaman
            Puncak pengalaman menurut Maslow (1971) diibaratkan bagaikan sebuah waktu disaat kita merasakan kebahagiaan tertinggi. Sementara Leach (1962) mendefinisikan puncak pengalaman adalah dimana suatu keadaan berharga yang dikarakteristikan dengan persepsi yang berbeda dari persepsi biasanya, perasaan yang mendalam, perasaan yang signifikan karena saat itu adalah saat yang menonjol, saat yang terpatri dalam ingatan, kurang lebihnya saat dimana hal tersebut sangatlah berbeda dengan pengalaman-pengalaman yang lainnya.  Sedangkan Laski (1962), beliau menyebut puncak pengalaman sebagai istilah transcendent ecstasy yang dijelaskan sebagai sesuatu yang menyenangkan, sesuatu yang terjadi untuk sementara waktu, sesuatu yang tidak direncanakan, bersifat jarang, sangat berharga, dan sesuatu yang luar biasa. Maslow sendiri menyarankan bahwa music dan sex merupakan konteks untuk puncak pengalaman. Penelitian Laski dan Leach sendiri memapaparkan bahwa puncak pengalaman dideskripsikan dalam suatu hubungan termasuk di dalam sexualitas dan kelahiran, seni dan seni bekerja, appresiasi terhadap alam, dan hal-hal lainnya. Beberapa kualitas puncak pengalaman antara sebagai berikut , pemenuhan (fulfilment), signifikansi (significance), dan spiritualitas (spirituality)


Peak ExperienceEctasy, Highest Happiness
Enjoyment
EffectivenessWorry DepressionBoredomNeutralityMiseryMeaningTotal FailureInadequacyInefficiencyHigh PerfomancePersonal best
FeelingPeak PerformancePerformance
Mediocrity
Commonplace EventJoy










 



Kejadian Negatif
Misery (Penderitaan)
            Penderitaan merupakan sesuatu hal yang bersifat intens, sesuatu hal yang memenuhi perasaan dan pikiran yang bersifat intens dan sangat menyakitkan secara personal. Subjek penelitian menjabarkan bahwa penderitaan adalah segala sesuatu yang menghasilkan perasaan yang negatif, hal itu termasuk kematian, sakit, dan suatu hubungan yang berakhir dengan menyedihkan. Subjek penelitian menganggap hal tersebut yang dipaparkan sebagaimana diatas.
Failure (Kegagalan)
            Kegagalan merupakan performansi yang paling buruk. Para partisipan penelitian menjabarkan bahwa sesuatu hal yang terkait dengan pekerjaan, sekolah, dan hubungan merupakan topik yang umum yang terdapat dalam konteks partisipan sebagai suatu kegagalan. Kegagalan ini menghasilkan sesuatu yang bersifat kelumpuhan (paralysis), perilaku mengalahkan diri sendiri (self-defeating), dan ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan. Partisipan juga mengakui bahwa kegagalan memberikan dampak kehilangan diri dan kehilangan orientasi dalam diri mereka (Bugental).
Definisi Operasional Dari Sebuah Kejadian (Bugental, 2001)
·        Merupakan sebuah aktivitas (konteks dimana pengalaman terjadi)
·        Sebuah tingkatan mengenai performansi yang dimulai dari performansi rendah, lalu pada tingkatan sedang, lalu pada tingkatan kegagalan
·        Sebuah tingkatan performansi yang dimulai dari performansi puncak, lalu pada yang netral, dan kepada tingkatan penderitaan.
·        Terhubungan oleh banyak hal, seperti : kepribadian, perkembangan (kualitas perkembangan: intelegensi, umur baya, kebutuhan penerimaan, kekuatan ego, aktualisasi diri); neurophysiological ( detak jantung, aktivitas beta, aliran adrenalin, kecemasan); perilaku (berlari, melukis, makan, minum, mendengarkan music, mengerjakan tugas); lingkungan (sosiokultural, geografis, keadaan sekitar seperti keadaan yang tenang, keadaan yang ramai, dan lainnya); pengalaman ( proses dalam; perasaan, pengambilan keputusan, penilaian, spiritualitas).
            Dalam penelitian ini Bugental mengidentifikasi kejadian sebagai diagram area dari performansi dan perasaan, seperti titik ekstrem perasaan negative (penderitaan) atau titik ekstream perasaan performansi positif (puncak performansi). Bagan berikut menjabarkan beberapa hubungan atau korelasi antara perasaan dan tingkat performansi beserta implikasi perilaku dan karakteristik kepribadian. Setiap kuadran menunjukkan beberapa korelasi antara dua dimensi yaitu perasaan dan performansi.
Negative Feeling – Negative Performance
            Ditunjukkan pada bagian kuadran bawah bagian kiri. Pada kuadran ini seringkali diindikasikan adanya psikopatologis dan kriminologis. Performansi yang rendah dan kekecewaan seringkali terjadi dalam kuadran ini. hal leboh serius yang dapat terjadi adalah kegagalan dan penderitaan yang diakibatkan ketidakberdayaan atau ketidakmampuan, traumatik yang berakumulasi, dan berbagai psikopatologis. Pengalaman yang paling menonjol misalnya penderitaan dan kegagalan.
Positive Feeling – Negative Performance
            Bagian ini ditunjukkan pada kuadran kiri bagian atas. Contoh dalam kehidupan sehari-hari mengenai kuadran ini adalah ketika semua penggemar pemain basket Michael Jordan selalu menyemangatinya di dalam arena sehingga menyebabkan Michael Jordan sendiri mengabaikan umpatan yang dilontarkan lawan tanding Michael Jordan yang disebabkan jeleknya permainan Michael Jordan sendiri. Mogar (1967) snediri menjelaskan bahwa pecandu minuman alcohol merupakan penyakit yang diakibatkan dari pengaruh kebosanan yang menggiring kepada kegagalan komprehensif. Mogar sendiri memperlakukan pecandu alcohol sebagai seseorang yang berusaha mendapatkan pengalaman puncak untuk mengatasi kebosanannya tersebut.
Negative Feeling – Positive Performance
            Bagian ini terdapat pada bagian bawah kuadran bagian kanan. Penelitian dari Atkins (1990) dalam performansi tinggi yang dilakukan actor, ditemukan bahwa beberapa actor tersebut mengalami puncak pengalaman yang pada faktanya beberapa aktor tersebut dilaporkan mengalami perasaan yang sangat negative di saat puncak karir mereka. Hanya kemudian setelah itu mereka merasakan kepuasaan atau kebahagiaan. Atkins memberi postulat yang ditujukan kepada actor tersebut bahwa penderitaan mungkin memberikan pengaruh motivasi terhadap karirnya.
            Victorious Personality, sebuah istilah dimensi kepribadian yang menarik ini disebutkan oleh Sheehy (1986) yang juga berkorelasi dengan kuadran ini, yaitu negative feeling – positif performance. Sheehy mendeskripsikan kepribadian victorious merupakan sebuah inti dari kepribadian pada beberapa orang, yaitu dimana kebangkitan dari keberanian yang bersifat heroic, sebuah perasaan yang sangat berarti, dan vitalitas yang member energi pada aktivitas dan di setiap relasi sosialnya. Sejarah dari pencapaian otentik individu seperti ini adalah sebuah bentuk dari puncak performansi dengan penderitaan (misery) dalam hubungan sosialnya. Contoh fenomenal dari bagian kuadran ini adalah composer Beethoven dimana beliau mendapatkan victorius personality yang dahulunya beliau terisolasi dan mengalami penderitaan. Hal ini dikarenakan Beethoven memberikan kontribusi dan fokus terhadap mengkomposisi karyanya setelah penyakit tuli yang membatasi keahliannya.
Positive Feeling – Positive Performance
            Bagian ini ditunjukkan pada kuadran kanan bagian atas. Pada bagan ini seringkali terjadi, tetapi tidak harus, dimana puncak performansi dan puncak pengalaman terjadi di waktu yang sama. Csikszentmihalyi (1975) menyebutkan hal ini sebagai ganjaran dari pengalaman-pengalaman yang telah dilakukan sebelumnya. Sementara itu Atkins (1990) menemukan bahwa aktor memberitahukan bahwa puncak pengalaman mereka diringi dengan puncak performansi. Sehingga disini ditemukan hubungan korelasi antara puncak pengalaman dan puncak performansi yang salin berhubungan signifikan.
            Aktualisasi diri merupakan dimensi kepribadian dari bagian kuadran ini. Maslow (1971) mengasosiasikan puncak pengalaman dan optimal functioning dan mengkorelasikan dengan pengalaman.
FULLY FUNCTIONING PERSON
            Menurut Rogers, fully functioning person adalah orang yang berkembang secara optimal. Dia menejelaskan bahwa kehidupan disebut baik ketika organisme  tersebut terus bertujuan untuk memenuhi potensinya secara penuh. Untuk bisa disebut sebagai fully functioning person, sesorang harus memiliki kriteria-kriteria sebagai berikut:
1.      Openness to experience.
            Merupakan persepsi yang akurat dari seseorang tentang pengalaman didunia, termasuk perasaan seseorang. Juga bisa diartikan sebagai kemampuan menerima kenyataan. Perasaan merupakan bagian penting dari keterbukaan karena perasaan tersebut menyampaikan nilai pada organisme lain.  Jika Anda tidak dapat terbuka dengan perasaan Anda, Anda tidak dapat terbuka untuk mencapai aktualisasi. Bagian yang sulit, tentu saja, adalah membedakan perasaan yang sesungguhnya dari kecemasan yang dibawa oleh kondisi layak.
2.      Existential living.
            Hal ini mengenai hidup disini dan saat ini, sebagai bagian dari untuk berhubungan dengan realitas, menegaskan bahwa kita tidak hidup di masa lalu atau masa depan. aat ini adalah satu-satunya realitas yang kita miliki. Pikiran Anda, itu tidak berarti kita tidak harus ingat dan belajar dari masa lalu kita. Juga tidak berarti kita tidak harus merencanakan atau bahkan hari-mimpi tentang masa depan. Hanya mengakui hal-hal apa adanya: kenangan dan mimpi, yang kita mengalami di sini di masa sekarang
3.      Organismic trusting.
            Kita harus membiarkan diri kita dibimbing oleh proses menghargai organismic. Kita harus percaya diri, melakukan apa yang terasa benar, apa yang datang secara alami. Anda hanya bisa tahu seperti apa diri sejati anda harus mengatakan jika anda terbuka untuk pengalaman dan hidup eksistensial! Dengan kata lain, percaya organismic mengasumsikan Anda berada dalam kontak dengan kecenderungan untuk beraktualisasi.
4.    Experential freedom
            Rogers merasa bahwa tidak relevan apakah orang benar-benar memiliki kehendak bebas. Kita merasa sangat banyak yang seolah-olah ingin kita lakukan. Ini bukan untuk mengatakan, tentu saja, bahwa kita bebas untuk melakukan apa-apa: Kita dikelilingi oleh alam semesta deterministik, seperti, saya mengepakkan tangan sebanyak yang saya suka, tapi saya tidak akan terbang seperti Superman. Ini berarti bahwa kita merasa bebas ketika pilihan yang tersedia bagi kita. Rogers mengatakan bahwa orang sepenuhnya berfungsi mengakui bahwa perasaan kebebasan, dan bertanggung jawab atas pilihannya.
5.    Creativity
            Jika Anda merasa bebas dan bertanggung jawab, Anda akan bertindak sesuai dan berpartisipasi di dunia. Seseorang yang sepenuhnya berfungsi, akan merasa diwajibkan oleh sifat mereka untuk berkontribusi pada aktualisasi orang lain, bahkan kehidupan itu sendiri. Ini bisa melalui kreativitas dalam seni atau ilmu, melalui kepedulian sosial dan cinta orangtua, atau hanya dengan melakukan salah satu terbaik di pekerjaan seseorang.
The Peak Experience Maslow
          Maslow yang sebelumnya berpendapat bahwa puncak pengalaman umumnya terjadi pada seorang individu yang mengaktualisasikan dirinya, namun Maslow kemudian meralat bahwa hampir semua orang pernah mengalami aktualisasi diri (Maslow, 1971), namun tentu saja puncak pengalaman dari setiap individu berbeda.
            Maslow (1964) memberikan beberapa poin penting mengenai puncak pengalaman yang dimaksudkan. Menurutnya, puncak pengalaman merupakan sesuatu hal alamiah yang dialami dikehidupan sehari-hari. Individu yang mengalami puncak pengalaman akan berpandangan bahwa alam semesta sebagai satu kesatuan, bahwa menurutnya seseorang yang mengalaminya akan merasakan ketenangan seolah-olah dia bersatu dengan alam. Pada puncak pengalaman mereka akan merasa lebih bertanggung jawab terhadap aktivitas dan persepsi mereka, sehingga mereka lebih aktif dan langkah mereka lebih pasti untuk kedepannya. Seseorang yang mengalami puncak pengalaman tidak mempunyai perasaan takut, cemas, atau apapun bentuk konflik yang ada, mereka lebih merasakan rasa cinta, sayang, dan juga spontan. Menurutnya juga, mereka mengalami puncak pengalaman disaat mereka mengalami disorientasi dalam waktu dan tempat, dimana mereka kehilangan kesadaran diri mereka dan menjadi orang yang berperilaku egois.
            Puncak pengalaman adalah sesuatu yang bersifat tidak memotivasi, tidak mengandung perjuangan. Puncak pengalaman menurut Maslow hanyalah sesuatu yang terlihat indah, baik, diinginkan, berharga, dll, dan bukan hal yang buruk. Maslow juga beranggapan bahwa puncak pengalaman akan berpengaruh terhadap seseorang dalam menjalani kehidupannya.






DAFTAR PUSTAKA

Carl Rogers, Client-centered Therapy, Boston : Houghton Mifflin, 1951
Schneider, K. J., Burgental, J. F. T. & Pierson, J. F. (2001).  The Handbook of Humanistic Psychology. California: Sage Publication, inc.