TUGAS MATA
KULIAH PSIKOLOGI HUMANISTIK
“Kecenderungan Aktualisasi Diri dan Gagasan
Fully
Functioning Person”
Disusun Oleh:
Banindra Bangkit P 110911055
Alfian Rizaldi
110911114
Kardinal Leksono 110911193
Leonardus Dewa Hardana 111011128
Athoullah Mondir 111011218
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2013
KONSEP AKTUALISASI DIRI MASLOW
Untuk memahami konsep aktualisiasi diri, maka sebaiknya kita
memahami konsep aktualisasi diri yang digagas oleh Abraham Maslow. Abraham Maslow adalah salah satu
tokoh yang berbicara tentang aktualisasi diri. Maslow mendasarkan konsepnya
pada hierarki kebutuhan yang terdiri dari :
a.
Physiological
needs,
Kebutuhan fisiologis terdiri dari air, makanan, oksigen,
kesehatan, dan hal-hal mendasar yang lain. Kebutuhan ini mempuyai 2 sifat,
yaitu kebutuhan ini dapat benar-benar dipenuhi atau bahkan dapat dipenuhi
secara berlebihan. Yang kedua, sifatnya yang berulang. Setelah kita makan, kita
akan merasa lapar kembali. Begitu juga dengan kebutuhan akan oksigen atau
kesehatan.
b.
Safety
needs
Kebutuhan akan rasa aman terdiri dari rasa aman baik secara fisik maupun
finansial, stabilitas, kebebasan dari ancaman
c.
Love and
belongingness needs,
yang terdiri dari cinta, belongingness to a group atau
menjadi anggota suatu kelompok sosial, afeksi, dan penerimaan diri
d.
Esteem
needs
Kebutuhan akan pencapaian berupa respect atau penghormatan dari orang lain,
recognition atau dikenal oleh orang lain, dan honour
e.
Self
actualization needs,
Karena konsep kebutuhan ini bersifat
hierarki, artinya ada tingkatan terkecil yang harus dipuaskan untuk bisa naik
ke kebutuhan yang lebih tinggi, maka kebutuhan teratas menurut Maslow adalah
kebutuhan untuk meng-aktualisasikan diri. Aktualisasi diri berupa kreativitas, kebijaksanaan, self fulfilment/pemenuhan dan
pendaya gunaan diri realisasi dari keseluruhan potensial
orang tersebut
Pada
orang yang telah mencapai aktualisasi diri, ia akan menjadi manusia yang
seutuhnya, self esteem mereka akan
tetap terjaga walaupun mereka dicemooh, atau bahkan ditolak oleh orang lain.
Dengan kata lain, mereka tidak tergantung pada persetujuan orang lain.
Karakteristik orang yang mengalami aktualisasi diri
menurut Maslow adalah sebagai berikut :
a.
Persepsi yang efektif terhadap
realitas
Orang yang mengalami aktualisasi diri
dapat mendeteksi kepalsuan pada orang lain tetapi juga tidak melakukan
prasangka dan lebih suka melihat dunia sebagaimana adanya. Mereka juga memiliki
rasa takut yang lebih sedikit terhadap hal baru sehingga lebih mudah merasa
nyaman terhadap segala sesuatu. Hal ini mebuat mereka terbuka pada hal-hal yang
meragukan dan tidak pasti.
b.
Penerimaan terhadap diri, orang lain,
dan dunia
Orang yang mengalami aktualisasi diri
dapat menerima dirinya sebagaimana adanya. Mereka tidak akan selalu bersikap
membela diri, palsu, dan merasa bersalah. Tetapi mereka juga menerima orang
lain dan tidak memiliki kebutuhan untuk mengarahkan, member informasi, atau
mengubah orang lain. Mereka dapat menoleransi kelemahan orang lain dan tidak
merasa terancam dengan kelebihan orang lain.
c.
Spontanitas, sederhana, dan apa
adanya
Orang yang mengalami aktualisasi diri
adalah orang yang bersahaja dan tidak takut untuk mengekspresikan perasaannya.
d.
Melihat inti pemecahan masalah
Orang yang mengalami aktualisasi diri berminat pada masalah yang berada di
luar dirinya. Mereka berorientasi pada tugas dan memperhatikan masalah-masalah
di luar dirinya. Hal ini mengakibatkan mereka mengembangkan misi dalam
hidupnya, sebuah tujuan dalam kehidupan di luar dirinya. Mereka juga
mengembangkan falsafah hidup yang solid dan dasar etis yang kuat untuk
mengatasi masalah.
e.
Kebutuhan untuk privacy
Orang yang mangalami aktualisasi diri memiliki kebutuhan untuk detachment yang membuat mereka dapat
melakukan segala sesuatunya sendiri tanpa merasa kesepian. Mereka merasa relaks
dan nyaman baik mereka bersama dengan orang lain maupun sendiri.
f.
Otonomi
Orang yang mengalami aktualisasi diri membentuk otonomi dan tidak
tergantung pada orang lain untuk pertumbuhan mereka.
g.
Continued freshness of
appreciation
Orang yang mengalami aktualisasi diri
terus memiliki kesegaran untuk berkarya dan mengapresiasi karya orang lain.
Mereka menyadari keberuntungan mereka dan bersyukur atas hal tersebut
h.
Mengalami peak experience
Puncak pengalaman menurut Maslow
(1971) diibaratkan bagaikan sebuah waktu disaat kita merasakan kebahagiaan
tertinggi. Sementara Leach (1962) mendefinisikan puncak pengalaman adalah
dimana suatu keadaan berharga yang dikarakteristikan dengan persepsi yang
berbeda dari persepsi biasanya, perasaan yang mendalam, perasaan yang
signifikan karena saat itu adalah saat yang menonjol, saat yang terpatri dalam
ingatan, kurang lebihnya saat dimana hal tersebut sangatlah berbeda dengan pengalaman-pengalaman
yang lainnya. aSedangkan Laski (1962),
beliau menyebut puncak pengalaman sebagai istilah transcendent ecstasy yang dijelaskan sebagai sesuatu yang
menyenangkan, sesuatu yang terjadi untuk sementara waktu, sesuatu yang tidak
direncanakan, bersifat jarang, sangat berharga, dan sesuatu yang luar biasa.
Hal ini menyebabkan mereka memiliki perasaan transcendence.
i.
Gemeinschaftsgefuhl
Istilah ini dapat diartikan sebagai
minat sosial, community feeling, atau
perasaan menyatu dengan kemanusiaan. Orang yang mengalami aktualisasi diri akan
peduli pada orang lain
j.
Kekerabatan dengan Orang Lain
Orang-orang yang telah mencapai
tahapan aktualisasi diri memiliki hubungan yang baik dengan orang-orang sekitar
dan lingkungan sosialnya.
k.
Struktur karakter yang Demokratis
Mereka mau berteman dengan siapa saja
tanpa memandang status, warna kulit, usia, gender, dan bahkan mereka seperti
tidak peduli adanya perbedaan di antara orang-orang
l.
Diskriminasi antara sarana dan tujuan
Memiliki
batas yang jelas antara benar dan salah dan tidak memiliki konflik akan nilai
dasar. Mereka memastikan pandangannya pada tujuan daripada cara atau sarana
yang digunakan dan memiliki kemampuan yang luar biasa untuk membedakan antara
keduanya. Bila orang lain melihat makan atau olahraga seebagai sarana, maka
orang yang mengalami aktualisasi diri melihatnya sebagai tujuan. Mereka senang
melakukan sesuatu karena menyukainya, dan tidak menjadikannya sebagai sarana.
m.
Humoris
Mereka memiliki selera humor yang
tidak kasar dan menyerang orang lain
n.
Kreatif
o.
Resistansi terhadap enkulturasi
Orang-orang ini memiliki
kecenderungan mencintai budaya (nilai, norma, moral, seni, agama, dan produk
budaya lain) sendiri. Maka mereka resisten atau memiliki daya tahan yang kuat
untuk menyerap kebudayaan lain mentah-mentah.
KONSEP AKTULISASI DIRI CARL ROGERS
Self meliputi seluruh aspek dari diri
dan pengalaman seseorang yang muncul dalam kesadaran seseorang. Menurut Rogers
(dalam Feist dan Feist, 2006), bayi mulai mengembangkan konsep dirinya ketika
ada pengalaman yang menjadi bagian dari dirinya dan terdiferensiasi dalam
kesadaran sebagai “saya”. Ketika bayi telah membangun struktur self walaupun
belum sempurna, maka kecenderungan untuk mengaktualisasikan dirinya mulai
muncul. Kecenderungan aktualisasi mengarah pada pengalaman organismic individu;
yaitu merujuk pada keseluruhan orang tersebut baik yang disadari maupun tidak
disadari, fisiologis maupun kognitif. Dengan demikian, self itu berubah secara
dinamis, dan mencerminkan kecenderungan aktualisasi.
Cara
untuk membentuk seseorang antara lain dengan menciptkana keterbukaan sehingga
seseorang dapat mengekspresikan perasaannya secara terbuka tanpa merasa
terancam. Hal ini mencakup unconditional positive regard, yaitu sikap hangat,
positif, dan menerima sikap orang lain tanpa evaluasi dan tendensi apapun. Yang
kedua adalah congruence, yaitu Genuine yaitu secara terbuka merasakan dan
membuat perasaannya mengalir. Seorang yang congruence akan bersikap sesuai
dengan pikiran dan perasannya. Menurut Rogers, cara yang ketiga adalah dengan
empati. Konsep empati ini berarti sementara hidup dalam pandangan orang lain
tanpa membuat judgements.
Perkembangan
yang ideal adalah menjadi fully functioning person. Orang yang telah mencapai
tahap ini akan memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a.
Lebih dapat
beradaptasi
b.
Keterbukaan pada
pengalaman
c.
Trust in their
organismic self
d.
Live fully in
the momment
e.
Memliki hubungan
tang harmonis dengan orang lain
f.
Terintegrasi
g.
Percaya pada
sifat alamiah manusia
h.
Terbuka pada pengalaman baru
Pengertian Aktualisasi Diri : Puncak
Performansi & Puncak Pengalaman
Puncak Performansi adalah suatu
keadaan dimana antara
pikiran dan
pergerakan anggota tubuh berjalan bersama . Saat puncak performansi terjadi, kita mengeluarkan kekuatan yang tersembunyi,
baik berupa kekuatan fisik, ekspresi dalam wajah, suatu bentuk moral, atau
keunggulan dalam hal apapun. sementara
puncak pengalaman adalah suatu keadaan di saat terjadinya kebahagiaan dan
kegembiraan yang paling puncak , dimana tentunya puncak pengalaman ini bersifat
subjektif. Puncak pengalaman adalah sesuatu yang sangat membahagiakan seperti
perasaan suka cita yang menonjolkan kognitif dan persepsi dalam pengalaman
tersebut. Sementara karakteristik kepribadian yang juga teridentifikasi dalam
orang yang termasuk aktualisasi diri adalah keunggulan (excellent) dan kebahagiaan (joy).
Antara puncak performansi dan puncak pengalaman, keduanya bersifat lebih focus
pada pengalaman daripada perilaku, sesuatu hal yang bersifat positif daripada
patologis, bersifat integrative daripada reduktif, dan bersifat sesuatu yang
istimewah (idiosyncratic) daripada
sesuatu yang normatif. Rogers (1961), May (1953), dan Maslow (1962) mengatakan
bahwa pengalaman, segala sesuatu yang positif dalam kaakteristik seorang
individu, keseluruhan individu, bahkan keunikan seorang individu tidak dapat
diabaikan. Ketiga pendekatan utama dalam aspek seorang individu berfokus pada
kepribadian, perilaku, dan pengalaman. Contoh dari aspek kepribadian adalah
keontetikan pribadi seorang individu sebagaimana yang disebutkan Maslow dan
Bugental (1965). Self-disclosure merupakan
salah satu contoh dari hal yang dibahas dari aspek perilaku. Aktualisasi diri
merupakan bentuk dari kepribadian yang sehat, sementara puncak performansi dan
puncak pengalaman merupakan bentuk dari pengalaman yang positif.
Puncak
Performansi
Puncak
performansi dapat terjadi dalam bentuk usaha keras apapun. Puncak performansi
merupakan sesuatu fungsional yang bersifat lebih kreatif, lebih efisien, lebih
produktif, lebih baik dan lebih baik daripada perilaku kebiasaan kita. Hal
yang kita rasakan saat kita mengalami puncak performansi adalah perasaan
kekuatan yang luar biasa. Berdasarkan penelitian, hal ini pertama kali ditandai
oleh tujuan yang jelas (Bugental). Sebagai contoh, seorang dosen menikmati
pengajaran yang diberikan kepada mahasiswanya seolah-olah tidak ada yang lebih
menyenangkan daripada mengajar, seorang musisi yang sangat semangat dan
menghayati karya musiknya, dan contoh lainnya. Pada intinya, puncak performansi
seringkali terjadi apabila kita mempunyai suatu tujuan yang jelas. Dimana suatu
tujuan itu tidak mempunyai halangan apapun, yang bersifat jelas, fenomenologis
dan holistik. Memang setiap individu mempunyai tugas ataupun kepentingan yang
berbeda-beda, tetapi disini mereka mempunyai fokus perhatian yang sama. Dalam
puncak performansi ini, seorang individu bercirikan dengan kemauan yang kuat,
orientasi dengan kualitas hasil pekerjaan, dan tujuan jelas yang hendak
dicapai. Tiap individu tersebut tidak tenggelam dalam objek mereka sendiri,
tetapi disini mereka lebih bericirikan dengan kemandirian dan keunikan
kepribadian mereka. Performansi puncak
ini seringkali dijabarkan sebagai sesuatu yang spontanius dan sering dianggap
sebagai segala sesuatu yang berjalan secara natural, sebagai contohnya adalah
proses ini diibaratkan sebagai aliran a yang mengalir.
Puncak
Pengalaman
Puncak pengalaman menurut Maslow
(1971) diibaratkan bagaikan sebuah waktu disaat kita merasakan kebahagiaan
tertinggi. Sementara Leach (1962) mendefinisikan puncak pengalaman adalah
dimana suatu keadaan berharga yang dikarakteristikan dengan persepsi yang
berbeda dari persepsi biasanya, perasaan yang mendalam, perasaan yang
signifikan karena saat itu adalah saat yang menonjol, saat yang terpatri dalam
ingatan, kurang lebihnya saat dimana hal tersebut sangatlah berbeda dengan
pengalaman-pengalaman yang lainnya. Sedangkan
Laski (1962), beliau menyebut puncak pengalaman sebagai istilah transcendent ecstasy yang dijelaskan
sebagai sesuatu yang menyenangkan, sesuatu yang terjadi untuk sementara waktu,
sesuatu yang tidak direncanakan, bersifat jarang, sangat berharga, dan sesuatu
yang luar biasa. Maslow sendiri menyarankan bahwa music dan sex merupakan
konteks untuk puncak pengalaman. Penelitian Laski dan Leach sendiri
memapaparkan bahwa puncak pengalaman dideskripsikan dalam suatu hubungan
termasuk di dalam sexualitas dan kelahiran, seni dan seni bekerja, appresiasi
terhadap alam, dan hal-hal lainnya. Beberapa kualitas puncak pengalaman antara
sebagai berikut , pemenuhan (fulfilment),
signifikansi (significance), dan
spiritualitas (spirituality)
Kejadian Negatif
Misery (Penderitaan)
Penderitaan merupakan sesuatu hal
yang bersifat intens, sesuatu hal yang memenuhi perasaan dan pikiran yang
bersifat intens dan sangat menyakitkan secara personal. Subjek penelitian
menjabarkan bahwa penderitaan adalah segala sesuatu yang menghasilkan perasaan
yang negatif, hal itu termasuk kematian, sakit, dan suatu hubungan yang
berakhir dengan menyedihkan. Subjek penelitian menganggap hal tersebut yang
dipaparkan sebagaimana diatas.
Failure (Kegagalan)
Kegagalan merupakan performansi yang
paling buruk. Para partisipan penelitian menjabarkan bahwa sesuatu hal yang terkait
dengan pekerjaan, sekolah, dan hubungan merupakan topik yang umum yang terdapat
dalam konteks partisipan sebagai suatu kegagalan. Kegagalan ini menghasilkan
sesuatu yang bersifat kelumpuhan (paralysis),
perilaku mengalahkan diri sendiri (self-defeating),
dan ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan. Partisipan juga mengakui bahwa
kegagalan memberikan dampak kehilangan diri dan kehilangan orientasi dalam diri
mereka (Bugental).
Definisi Operasional Dari Sebuah
Kejadian (Bugental, 2001)
·
Merupakan sebuah aktivitas (konteks
dimana pengalaman terjadi)
·
Sebuah tingkatan mengenai performansi
yang dimulai dari performansi rendah, lalu pada tingkatan sedang, lalu pada
tingkatan kegagalan
·
Sebuah tingkatan performansi yang
dimulai dari performansi puncak, lalu pada yang netral, dan kepada tingkatan
penderitaan.
·
Terhubungan oleh banyak hal, seperti
: kepribadian, perkembangan (kualitas perkembangan: intelegensi, umur baya,
kebutuhan penerimaan, kekuatan ego, aktualisasi diri); neurophysiological (
detak jantung, aktivitas beta, aliran adrenalin, kecemasan); perilaku (berlari,
melukis, makan, minum, mendengarkan music, mengerjakan tugas); lingkungan
(sosiokultural, geografis, keadaan sekitar seperti keadaan yang tenang, keadaan
yang ramai, dan lainnya); pengalaman ( proses dalam; perasaan, pengambilan
keputusan, penilaian, spiritualitas).
Dalam penelitian ini Bugental
mengidentifikasi kejadian sebagai diagram area dari performansi dan perasaan,
seperti titik ekstrem perasaan negative (penderitaan) atau titik ekstream
perasaan performansi positif (puncak performansi). Bagan berikut menjabarkan
beberapa hubungan atau korelasi antara perasaan dan tingkat performansi beserta
implikasi perilaku dan karakteristik kepribadian. Setiap kuadran menunjukkan
beberapa korelasi antara dua dimensi yaitu perasaan dan performansi.
Negative Feeling – Negative
Performance
Ditunjukkan pada bagian kuadran bawah
bagian kiri. Pada kuadran ini seringkali diindikasikan adanya psikopatologis
dan kriminologis. Performansi yang rendah dan kekecewaan seringkali terjadi
dalam kuadran ini. hal leboh serius yang dapat terjadi adalah kegagalan dan
penderitaan yang diakibatkan ketidakberdayaan atau ketidakmampuan, traumatik
yang berakumulasi, dan berbagai psikopatologis. Pengalaman yang paling menonjol
misalnya penderitaan dan kegagalan.
Positive Feeling – Negative
Performance
Bagian ini ditunjukkan pada kuadran
kiri bagian atas. Contoh dalam kehidupan sehari-hari mengenai kuadran ini
adalah ketika semua penggemar pemain basket Michael Jordan selalu menyemangatinya
di dalam arena sehingga menyebabkan Michael Jordan sendiri mengabaikan umpatan
yang dilontarkan lawan tanding Michael Jordan yang disebabkan jeleknya
permainan Michael Jordan sendiri. Mogar (1967) snediri menjelaskan bahwa
pecandu minuman alcohol merupakan penyakit yang diakibatkan dari pengaruh
kebosanan yang menggiring kepada kegagalan komprehensif. Mogar sendiri
memperlakukan pecandu alcohol sebagai seseorang yang berusaha mendapatkan
pengalaman puncak untuk mengatasi kebosanannya tersebut.
Negative Feeling – Positive
Performance
Bagian ini terdapat pada bagian bawah
kuadran bagian kanan. Penelitian dari Atkins (1990) dalam performansi tinggi
yang dilakukan actor, ditemukan bahwa beberapa actor tersebut mengalami puncak
pengalaman yang pada faktanya beberapa aktor tersebut dilaporkan mengalami
perasaan yang sangat negative di saat puncak karir mereka. Hanya kemudian
setelah itu mereka merasakan kepuasaan atau kebahagiaan. Atkins memberi
postulat yang ditujukan kepada actor tersebut bahwa penderitaan mungkin
memberikan pengaruh motivasi terhadap karirnya.
Victorious Personality, sebuah
istilah dimensi kepribadian yang menarik ini disebutkan oleh Sheehy (1986) yang
juga berkorelasi dengan kuadran ini, yaitu negative feeling – positif performance.
Sheehy mendeskripsikan kepribadian victorious merupakan sebuah inti dari
kepribadian pada beberapa orang, yaitu dimana kebangkitan dari keberanian yang
bersifat heroic, sebuah perasaan yang sangat berarti, dan vitalitas yang member
energi pada aktivitas dan di setiap relasi sosialnya. Sejarah dari pencapaian
otentik individu seperti ini adalah sebuah bentuk dari puncak performansi
dengan penderitaan (misery) dalam
hubungan sosialnya. Contoh fenomenal dari bagian kuadran ini adalah composer
Beethoven dimana beliau mendapatkan victorius personality yang dahulunya beliau
terisolasi dan mengalami penderitaan. Hal ini dikarenakan Beethoven memberikan
kontribusi dan fokus terhadap mengkomposisi karyanya setelah penyakit tuli yang
membatasi keahliannya.
Positive Feeling – Positive
Performance
Bagian ini ditunjukkan pada kuadran
kanan bagian atas. Pada bagan ini seringkali terjadi, tetapi tidak harus,
dimana puncak performansi dan puncak pengalaman terjadi di waktu yang sama.
Csikszentmihalyi (1975) menyebutkan hal ini sebagai ganjaran dari
pengalaman-pengalaman yang telah dilakukan sebelumnya. Sementara itu Atkins
(1990) menemukan bahwa aktor memberitahukan bahwa puncak pengalaman mereka
diringi dengan puncak performansi. Sehingga disini ditemukan hubungan korelasi
antara puncak pengalaman dan puncak performansi yang salin berhubungan
signifikan.
Aktualisasi diri merupakan dimensi
kepribadian dari bagian kuadran ini. Maslow (1971) mengasosiasikan puncak
pengalaman dan optimal functioning dan
mengkorelasikan dengan pengalaman.
FULLY FUNCTIONING
PERSON
Menurut Rogers, fully functioning person adalah orang
yang berkembang secara optimal. Dia menejelaskan bahwa kehidupan disebut baik
ketika organisme tersebut terus
bertujuan untuk memenuhi potensinya secara penuh. Untuk bisa disebut sebagai
fully functioning person, sesorang harus memiliki kriteria-kriteria sebagai
berikut:
1.
Openness to experience.
Merupakan persepsi yang akurat dari
seseorang tentang pengalaman didunia, termasuk perasaan seseorang. Juga bisa diartikan
sebagai kemampuan menerima kenyataan. Perasaan merupakan bagian penting dari
keterbukaan karena perasaan tersebut menyampaikan nilai pada organisme lain. Jika Anda tidak dapat terbuka dengan perasaan
Anda, Anda tidak dapat terbuka untuk mencapai aktualisasi.
Bagian yang sulit, tentu saja, adalah membedakan perasaan yang
sesungguhnya dari kecemasan yang dibawa oleh kondisi layak.
2. Existential living.
Hal
ini mengenai hidup disini dan saat ini, sebagai bagian dari untuk
berhubungan dengan realitas, menegaskan bahwa kita tidak hidup di masa lalu
atau masa depan. aat ini adalah satu-satunya realitas yang kita
miliki. Pikiran Anda, itu tidak berarti kita tidak harus ingat dan belajar dari
masa lalu kita. Juga tidak berarti kita tidak harus merencanakan atau bahkan
hari-mimpi tentang masa depan. Hanya mengakui hal-hal apa adanya: kenangan dan
mimpi, yang kita mengalami di sini di masa sekarang
3. Organismic trusting.
Kita harus membiarkan
diri kita dibimbing oleh proses menghargai organismic. Kita harus percaya diri,
melakukan apa yang terasa benar, apa yang datang secara alami. Anda hanya
bisa tahu seperti apa diri sejati anda harus mengatakan jika
anda terbuka untuk pengalaman dan hidup eksistensial! Dengan kata lain,
percaya organismic mengasumsikan Anda berada dalam kontak dengan kecenderungan untuk
beraktualisasi.
4. Experential freedom
Rogers merasa bahwa tidak
relevan apakah orang benar-benar memiliki kehendak bebas. Kita merasa
sangat banyak yang seolah-olah ingin kita lakukan. Ini bukan
untuk mengatakan, tentu saja, bahwa kita bebas untuk melakukan apa-apa: Kita
dikelilingi oleh alam semesta deterministik, seperti,
saya mengepakkan tangan sebanyak yang saya suka,
tapi saya tidak akan terbang seperti Superman. Ini berarti bahwa kita merasa
bebas ketika pilihan yang tersedia bagi kita. Rogers mengatakan bahwa orang
sepenuhnya berfungsi mengakui bahwa perasaan kebebasan, dan bertanggung jawab
atas pilihannya.
5.
Creativity
Jika Anda merasa bebas
dan bertanggung jawab, Anda akan bertindak sesuai dan berpartisipasi di dunia.
Seseorang yang sepenuhnya berfungsi, akan merasa diwajibkan oleh
sifat mereka untuk berkontribusi pada aktualisasi orang lain, bahkan kehidupan
itu sendiri. Ini bisa melalui kreativitas dalam seni atau ilmu, melalui
kepedulian sosial dan cinta orangtua, atau hanya dengan melakukan salah satu
terbaik di pekerjaan seseorang.
The Peak Experience Maslow
Maslow yang sebelumnya berpendapat bahwa
puncak pengalaman umumnya terjadi pada seorang individu yang mengaktualisasikan
dirinya, namun Maslow kemudian meralat bahwa hampir semua orang pernah
mengalami aktualisasi diri (Maslow, 1971), namun tentu saja puncak pengalaman
dari setiap individu berbeda.
Maslow
(1964) memberikan beberapa poin penting mengenai puncak pengalaman yang
dimaksudkan. Menurutnya, puncak pengalaman merupakan sesuatu hal alamiah yang
dialami dikehidupan sehari-hari. Individu yang mengalami puncak pengalaman akan
berpandangan bahwa alam semesta sebagai satu kesatuan, bahwa menurutnya
seseorang yang mengalaminya akan merasakan ketenangan seolah-olah dia bersatu
dengan alam. Pada puncak pengalaman mereka akan merasa lebih bertanggung jawab
terhadap aktivitas dan persepsi mereka, sehingga mereka lebih aktif dan langkah
mereka lebih pasti untuk kedepannya. Seseorang yang mengalami puncak pengalaman
tidak mempunyai perasaan takut, cemas, atau apapun bentuk konflik yang ada,
mereka lebih merasakan rasa cinta, sayang, dan juga spontan. Menurutnya juga,
mereka mengalami puncak pengalaman disaat mereka mengalami disorientasi dalam
waktu dan tempat, dimana mereka kehilangan kesadaran diri mereka dan menjadi
orang yang berperilaku egois.
Puncak
pengalaman adalah sesuatu yang bersifat tidak memotivasi, tidak mengandung
perjuangan. Puncak pengalaman menurut Maslow hanyalah sesuatu yang terlihat
indah, baik, diinginkan, berharga, dll, dan bukan hal yang buruk. Maslow juga
beranggapan bahwa puncak pengalaman akan berpengaruh terhadap seseorang dalam
menjalani kehidupannya.
DAFTAR
PUSTAKA
Carl Rogers, Client-centered Therapy, Boston : Houghton Mifflin, 1951
Schneider,
K. J., Burgental, J. F. T. & Pierson, J. F. (2001). The Handbook of Humanistic Psychology. California:
Sage Publication, inc.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar