oleh: Athoullah Mondir
Dalam hal ini kita akan membahas
tentang krisis kemanusiaan serta modernitas, dimana hal ini dapat kita cermati
bagaimana modernitas membawa manusia untuk menghilangkan nilai-nilai yang
seharusnya melekat pada manusia perlahan-lahan dihilangkan, sehingga manusia
pun tak ubahnya bagaikan suatu benda yang hanya dapat bergerak sesuai
kebiasaan-kebiasaan yang telah mereka lakukan secara berulang-ulang. Modernitas
disini saya artikan sebagai perubahan kedepan (secara keseluruhan) untuk menjadi
lebih baik.
Modernitas memang tak dapat kita
bendung kedatangannya, karena memang modernitas ini ulah dari manusia itu
sendiri dan juga suatu hal yang pasti adanya, dengan tujuan awal yaitu untuk
memudahkan manusia dalam melakukan berbagai aktifitas dan juga untuk
memanusiakan manusia itu sendiri. Namun apa yang terjadi kemudian? Dengan
ke-modern-an sedikit demi sedikit apa yang telah menjadi hakikat dari seorang
manusia itu hilang terkikis oleh waktu. Manusia saat ini telah dapat melakukan
beberapa hal secara bersamaan dalam satu waktu. Modernisasi sendiri dimulai
pada saat zaman renaisans (kebangkitan kembali) lalu setelahnya menyusul
revolusi industri, semua itu salah satu ciri dimana zaman modern telah tiba.
Modernitas sendiri memiliki dampak yang dapat dikatakan sangat
kritis (krusial) dan ini terjadi pada terpinggirkannya manusia dari lingkaran
eksistensi manusia itu sendiri. Pada saat ini manusia telah terlena dengan apa
yang telah dicapainya dengan perkembangan teknologi-teknologinya, mereka bermanja-manja
dengan hasil yang telah mereka peroleh hingga mereka lupa tentang bagaimana
hakekat mereka hidup ini. Rene Descartes menyebutkan bahwa manusia adalah
sebagai res cogitan yang artinya bahwa manusia sebagai makhluk yang
berpikir, hal ini sangatlah berbeda dengan keadaan saat ini yang kebanyakan
manusia saat ini (yang dapat juga disebut sebagai manusia modern) yang hanya
mengandalkan kemajuan teknologi untuk mencapai tujuannya.
Manusia modern kini telah melupakan bagaimana mereka harus hidup,
mereka perlahan menjadi makhluk yang individualis seiring berkembangnya waktu
yang juga perkembangan teknologi. Perlahan dengan kemodernisasian manusia
kehilangan akan ke-spiritual-annya, manusia semakin memandang bahwa yang
menjadi penguasa adalah manusia itu sendiri, seperti yang diungkapkan oleh
salah seorang filosof dari kaum yang menyebut dirinya kaum shopis yakni protagoras bahwa “manusia adalah ukuran
bagi segalanya” . Manusia telah melupakan keberadaan Tuhan (manusia sebagai
makhluk yang beragama). Peran agama terhadap manusia penting untuk bagaimana
manusia melakukan perannya pada kehidupan ini serta untuk menjaga keseimbangan
didunia. Seiring dengan perkembangan-perkembangan teknologi, manusia semakin
berpikir bahwa Tuhan itu tidak ada, melainkan bahwa manusia itu sendiri yang
menjalani kehidupannya dengan kata lain bahwa manusia itu adalah tuhan itu
sendiri, seperti kata seorang filosof Baruch de Spinoza yang menyebutkan bahwa
“Tuhan itu bukan dalang dalam kehidupan ini”.
Teknologi semakin membuat manusia ketergantungan kepadanya, pada
kenyataan yang terjadi saat ini, manusia seakan-akan tidak bisa hidup tanpa
teknologi. Padahal teknologi itu sendiri adalah ciptaan manusia, dan teknologi
diciptakan untuk memudahkan manusia dalam melakukan segala sesuatu. Pada
manusia modern teknologi merupakan sesuatu yang sangat vital kegunaannya sehingga
membatasi gerak manusia serta membatasi manusia untuk mengeksplorasi
kemampuan-kemampuan yang seharusnya dimiliki oleh manusia. Pada saat ini
teknologi juga banyak disalahgunakan oleh orang-orang yang tidak bertanggung
jawab dan juga ingin berkuasa, seperti teknologi nuklir, ada beberapa negara
yang menggunakan teknologi nuklir untuk mengambil alih kekuasaan-kekuasaan yang
ada, inilah salah satu ironi dari manusia modern akibat dari perkembangan
teknologi yang tidak diimbangi dengan spiritualitas.
Problematika yang sedang dihadapi manusia modern ini sangat rumit,
banyak permasalahan-permasalahan sosial yang menimpa manusia modern seperti
ketergantungan terhadap teknologi. Manusia modern saat ini lebih banyak
berkutat pada teknologi itu sendiri daripada berhubungan sesama manusia
sendiri, sebagai contoh pada saat yang membosankan seseorang akan memainkan HP
ataupun perangkat elektronik yang sedang booming (teknologi). Di era
yang sekarang ini sudah sangat jarang individu-individu yang bersosialisasi
secara langsung (bertatap muka). Manusia modern telah menghilangkan banyak
nilai-nilai yang dapat kita katakan tradisional, seperti nilai tentang
kesopanan. Ini adalah suatu hal sangat ironis bagi manusia karena seiring waktu
berjalan nilai-nilai itu semakin dihilangkan dengan mengikis sedikit demi
sedikit nilai yang telah ada dengan toleransi-toleransi yang menurut manusia
modern, nilai-nilai tradisional telah kuno dan tidak relevan dengan kehidupan
saat ini, contohnya seperti di Indonesia, bangsa Indonesia – entah sadar atau
tidak – telah ter-western-isasi akan kebudayaannya, manusia-manusia Indonesia
telah meniru kebudayaan barat baik itu dari cara berbusana hingga cara
berperilaku ataupun bersikap. Kebudayaan-kebudayaan lokal perlahan menjadi
hilang dan diganti dengan kebudayaan barat, hal ini akan melahirkan
generasi-generasi yang ahistoris, karena manusia modern di Indonesia telah
kehilangan apa yang telah menjadi kebudayaan asli mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar